Entah ada entah tiada, hiduplah seorang
pedagang kaya yang hanya mempunyai satu orang anak lelaki. Ketika anak itu
berusia lima belas tahun, dia berkawan dengan sekelompok pemalas tak berguna.
Setiap hari mereka akan membawanya ke tempat-tempat minum dan rumah-rumah
maksiat, serta pada malam harinya si pemuda akan menghabiskan sejumlah besar
uang untuk menjamu kawan-kawannya.
Akhirnya
ayahnya berkata, "Anakku semoga Allah mengasihimu, kawan-kawanmu itu
adalah orang-orang yang membawa aib. Kelak, kalau aku sudah meninggal mereka
akan menghambur-hamburkan kekayaanmu dan meninggalkanmu dalam keadaan miskin
seperti seorang Gipsi."