Dan Cinta-Nya
05:15 WIB
Kriiiiiiiinggggg………..
“Astagfirullahhaladzim …. “
Ya Allah, kenapa
mimpi ini terus hadir dalam tidurku.
Aku terdiam, mimpi itu memang terjadi sebulan yang lalu
sebelum kepergian ayah dan ibu untuk selamanya. Sebuah kecelakaan yang
merenggut banyak korban termasuk orang tuaku. Segera ku tepis bayangan itu. Aku
lalu keluar untuk mengambil air wudhu
dan segera melaksanakan shalat shubuh.
“Ya Allah aku tau, aku bukanlah anak yang baik, bagaimana
kehidupan ku dimasa lalu Engkau lebih mengetahui. Ya Allah, Engkau
boleh marah, aku tidak memiliki hak mengatur semua itu. Tapi Aina
mohon, tempatkanlah kedua orang tua Aini disurga-Mu. Katakan bahwa Aini disini
baik-baik dan katakan Aini dalam lindungan-Mu. Roda terus berputar dan Aini
telah berputar. Berputar menuju kehidupan yang lebih baik. Aamiin
ya Rabb….”.
Aku tertidur dengan
balutan mungkena putih hingga waktu menunjukkan pukul 06:27 WIB. Aku segera
bersiap-siap untuk pergi kesekolah.
In
the School ,
“Aini, tunggu…. “ sapa Faza yang berlari mengejarku
“Ada apa, za?”
“Ini ada titipan dari Garra “.
“Oh, iya terimakasih”
“Secepat mungkin kamu perbaiki dan berikan pada Garra !”
“ Maksud kamu laporan
…. “
“Iya, lebih jelas tanyakan pada Garra. Dia sekarang ada
diruang OSIS “ potong Faza dengan cepat lalu berlari menuju kantin yang memang
tidak jauh dari tempat kami berdiri.
Saat
istirahat, aku segera pergi keruang OSIS ditemani Intan dan Yuli.
“Assalamu’alaikum “ Sapa kami serentak
“Wa’alaikumussalam,
masuk “ Jawab Faza , bendahara OSIS yang sedang berada didalam.
“Garranya ada…? “ tanyaku memulai pembicaraan
“Ada , langsung masuk saja Ai, “
“Terimakasih “
Ku
beranikan diri mengetuk pintu ruang ketua OSIS , walaupun ada sedikit rasa
gugup di hatiku.
“Assalamu’alaikum” sapa kami serentak dari luar ruangan
“ Wa’alaikum salam, masuk”
Aku dan kedua sahabatku masuk.
“Mana laporan perbaikannya … ?” tanyanya tanpa basa-basi
“Ma’af, justru maksud kedatangan kami kesini ingin menanyakan
laporan kegiatan yang harus kami perbaiki “ jawabku
“Jadi,laporan itu belum kalian perbaiki. Kalian tau … “
(kami bertiga mengeleng )
“Laporan kegiatan yang kalian lakukan itu tidak sesuai
dengan kenyataannya.”
“Apa maksud kamu, Gar ?” Tanya Yuli yang memang tipe
orang tidak sabaran
“Dalam laporan kegiatan yang kalian lakukan semua
berjalan lancar. Tapi faktanya lima
orang anak kelas XI hari ini tidak masuk sekolah karna sakit dan dua diantaranya
tanpa keterangan. Sedangkan kelas X
tujuh orang sakit dan dua tanpa keterangan.
:( kami
bertiga saling berpandangan.
“Kanapa dengan kalian, penjelasan atau alasan apa yang
ingin kalian berikan seperti pada waktu kalian minta agar kegiatan ini
dilaksanakan secara outdoor bahkan kalian berjanji tidak akan terjadi apa-apa.
Tapi nyatanya . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . “ Ia melampiaskan
semuanya pada kami .
“ Ma’af soal itu kami benar-benar tidak tau, sekali lagi
ma’af dan kami akan segera memperbaiki laporan ini. “
“Bagus “ jawabnya
“Permisi, assalamu’alaikum “
Tak ada ku dengar jawaban salam dari mulutnya, entahlah
kedua sahabatku. Mungkin dia sangat marah, pikirku dalam hati. Tapi aku
penasaran dan tanpa ku sadari , aku menoleh kebelakang. Aku
melihat bibirnya mengucap suatu kalimat
yang kutebak itu sebagai jawaban salam yang kami berikan.
Sore hari setelah pulang sekolah, kami berenam berkumpul
dirumahku.
“ Jadi, kalian bertiga keruang OSIS?” Tanya Lisda
“Kenapa kalian tidak mengajakku, kalau aku ikut tidak
akan ku biarkan dia berkata kasar “ jawab Hanni si tomboy.
“iya, akan kuajarkan mulutnya menyusun kata menjadi
kalimat dengan baik agar bisa menjaga perasaan pendengarnya.”
Aku tersenyum,
“ dia hanya menyampaikan apa yang disampaikan Pembina
OSIS lagi pula ini salah kita, bukankah kita telah membuat perjanjian bahwa
setelah acara ini semua akan baik-baik dan…..”
“Kalau kalian ingin cepat makan, segera selesaikan
laporan ini.” Jawabku yang disambut anggukan Hanna saudara kembar Hanni yang
memiliki hobby makan.
Tepat pukul 16.30
WIB laporan telah selesai kami kerjakan.
Di
sekolah
“Aini, mau kemana …?”
“Mau ngantar laporan perbaikan kegiatan rohis keruang
OSIS”
“Aku ikut ..”
Aku dan Lisda pergi keruang OSIS. Kembali diruang OSIS
ada Faza, tapi kali ini Garra tidak ada diruangannya. Kamipun menitipkan
laporan pada Faza lalu permisi ntuk kembali kekelas.
Tidak
lama kemudian,,,,
“Assalamu’alaikum “ sapa Garra dengan terburu-buru
“Wa’alaikumsalam, Garra. Aini dan
Lisda baru saja keluar”
Garra berhenti dan mendekati meja Faza “Dia mencariku”
Tanya Garra antusias.
“Iya, dia menitipkan laporan perbaikan kegiatan rohis
untuk mu”
“O… iya terimakasih “
ALLAHU
AKBAR… ALLAHU AKBAR…
Aku segera keluar dari perpustakaan menuju mushala yang
berada disebelah timur dari pustaka. Tiba-tiba hujan turun. Akupun segera
berlari kesebuah bangunan yang sudah tua.
“Mau kemana Ai?”
Aku terkejut melihat Garra yang sudah berada
disamping ku
“Kenapa?” tanyanya “ Aku sudah berdiri sebelum kamu
datang” tambahnya menjelaskan
“Oh ma’af, aku tidak tau kalau kamu sudah ada dari tadi”
“Iya, kamu sibuk dengan jilbab mu” jawabnya dengan
tersenyum
Aku terdiam dan hanya membalasnya dengan senyum. Memang
dari tadi aku sibuk dengan jilbab yang kukenakan karna terbawa angin dan maklum
aku baru belajar mengenakan jilbab.
DARK…………….
Suara petir mengejutkanku disusul dengan sebuah pohon
tumbang.. Refleks aku menutup kepala dengan kedua tangan dan sebuah buku yang sedang ku pegang. Lalu
sebuah jaket hitam yang menutup kepalaku.
‘Hitam’, batinku…
Aku sadar , aku tidak memakai jaket. Ku lepas kedua
tangan yang tadi terletak
dikepalaku. Diapun sadar….
“Ma’af, aku tidak sengaja”
Aku segera berlari menembus derasnya hujan.
“Aini, tunggu . . .
. . . … ”
Setahun kemudian,,,
Aku, yang sedang tak percayaimu curiga kepada hatimu, benarkah
sudah kau lupakan dia, aku takut tuk kehilangan mu, takut bila dirimu pergi dan kembali…. (dering suara handphone, membangunkan ku)
sebuah
sms masuk,
Pukul
13.30 WIB aku pergi menuju pustaka Indah Kirana dan sampai 13.50 menit.
Sekarang pukul 14.45. Berarti aku sudah menunggu selama 45 menit. Jalanan yang macet dan panas terik matahari membuatku
haus. Ku putuskan untuk membeli minuman diseberang jalan sambil menunggu Garra
datang.
Di tempat lain Garra
dengan terburu-buru mengeluarkan motor dari bagasi.
“Mau
kemana, Garra ?”
“Garra
mau pergi ma, ada janji dengan seorang teman . Assalamu’alaikum “ Garra
menghidupkan
mesin motor lalu pergi. Ibunya yang
melihat Garra hanya tersenyum.
Lampu
merah membuat Faza dapat beristirahat sejenak. Kepalanya sangat pusing sejak ia
keluar dari rumah Garra . Tadinya ia belum ingin pulang, tapi karna Garra ingin
pergi. Ia pun segera pulang. Tapi ternyata keputusan itu kurang tepat.
Kepalanya semakin bereaksi kuat atas paksaan yang dilakukannya.
TIT…………TIT…………
mobil-mobil yang ada dibelakang mengklakson, Faza sadar sekarang lampu hijau.
Iapun segera melaju untuk cepat sampai kerumah dan segera beristirahat. Pusing
itu datang lagi, bahkan terasa semakin sakit dari sebelumnya. Minyak angin yang
dari tadi ia pegang tak mampu mengusir rasa sakit dikepalanya. Tiba-tiba mobil
yang ia kendarai seperti menabrak sesuatu yang besar dengan keras. Tapi Faza
tetap berlalu dengan rasa sakit dikepala yang sangat.
Garra
menepikan sepeda motornya didepan sebuah warung karna melihat kerumunan orang
banyak. Ia lalu berlari untuk melihat
apa yang terjadi.
“Innalillahi
wa innailaihi rojiun… Aini… “
“Ambulans… tolong cepat panggil ambulans”
teriak Garra pada semua orang.
RS. Bhakti Husada
“Permisi”
“Silahkan
duduk, “
“Terimakasih
dokter. Saya kakak Aini. Bagaimana keadaan adik saya “
“Akibat
kecelakan itu adik anda mengalami kerusakan pada matanya, ada beberapa saraf
dibagian mata yang mengalami gangguan “
“Tapi
adik saya tetap bisa melihat?” Tanya kak Billi khawatir
“Untuk
itu kami belum bisa memastikan, ada kemungkinan akibat adanya gangguan di
beberapa saraf menyebabkan adik anda mengalami kebutaan .”
“Tolong
selamatkan adik saya, berapapun biayanya saya tidak peduli, dia adik saya
satu-satuya”
“Kami
akan berusaha, dan mohon do’a dari keluarga”
Sebulan
sudah semenjak kecelakaan itu dan Aini telah melakukan operasi. Ada seorang
pendonor yang rela memberikan matanya kepada Aini. Dan hari ini adalah
penentuan berhasil tidaknya operasi yang dilakukan Aini. Seorang suster
mendekati Aini dan membuka perban yang melingkar dikepala Aini dengan
hati-hati.
“Suster,
tunggu sebentar, “ pinta Aini
“Kak
Billi, berhasil tidaknya operasi ini akan kita ketahui sebentar lagi. Kalau
operasi ini tidak berhasil, (Aini terdiam, semua yang ada diruangan itu
menangis) Aini sudah siap. Dan jika operasi ini berhasil ataupun tidak tolong beritahu Aini, siapa orang yang
memiliki hati mulia yang rela memberikan kedua matanya untuk Aini”
“Aini,
kakak juga tidak tau siapa pemilik hati itu. Tapi sebentar lagi setelah kita
mengatahui operasi ini berhasil atau tidak. Kita juga akan mengetahui siapa
pemilik mata itu.”
Aini
membalas ucapan kak Billi dengan senyuman, “Suster, tolong lanjutkan.”
Suster
melanjutkan tugasnya yang sempat tertunda.
“Bacalah
bismilah Aini” ucap dokter Wilson, yang hanya dapat Aini kenali suaranya.
Semua
terdiam, Aini brusaha membuka kedua matanya. Bismillahirrahmanirrahim, didalam
hati Aini berdoa’. Perlahan ia mrngarahkan pandangannya keseluruh sudut
ruangan.
“Kak
Billi,”
Kak
Billi langsung memeluk Aini, semua yang menyaksikan ikut terharu, bahkan
Dr.Wilson pun ikut menitikkan air mata.
“Kak,
tolong antar Aini kepada pemilik mata ini.”
“Kamu
yakin ingin menemui orang itu, hari ini. “
“Aini
tidak mau menunda-nunda lagi kak, Aini ingin mengucapkan terimakasih”
Akhirnya,
kak Billi menuruti keinginan Aini. Dan Dr. Wilson ikut untuk mengantar mereka.
Sesampainya dijalan
Khalid Purnawan.
“Bukannya
ini jalan menuju rumah Faza. Kak Billi?” Tanya Aini meminta jawaban pada kak
Billi,
tapi
kak Billi hanya menatapnya dengan senyuman. Mereka masuk kedalam rumah besar
yang bernilai seni tinggi. Dr. Wilson membawa mereka kedalam sebuah kamar yang
berwarnakan merah muda. Kamar itu berbau obat-obatan rumah sakit tapi rumah ini bukan
rumah sakit. Aini menatap seorang perempuan yang berbaring membelakanginya. Sebuah
meja kecil yang diatasnya ada beberapa obat. Dan seorang lelaki .
“Assalamu’alaikum…”
Sapa Dr. Wilson
“Waalaikumussalam….”
Jawab sosok lelaki tadi,
Aku
terkejut, dia Garra. Dia tersenyum melihatku.
Perempuan yang berbaring itu terbangun dan menoleh kepadaku. “ya ALLAH, Faza….”
Aku mendekati Faza dan memeluknya. Ku lihat kak Billi melangkah mendekati kami.
Ia menepuk pundakku.
“Aini,
pemilik hati itu adalah Faza.”
Ya ALLAH apa lagi rencanamu ini?. Aku tidak
melepaskan pelukanku pada Faza.
“Aini,
ma’af.. kamu mengalami kebutaan karna aku yang menabrakmu”
“Faza…………….”
“A-ku
tak mau kau menolak mataku untukmu, karna itu aku tidak mengizinkan Dr.
Wilson untuk memberitahumu maupun kak
Billi”
Aku
terdiam, sungguh mulia hatinya. “Dr. Wilson adalah pamanku, dia yang
memberitahuku. Garra..”
Garra
menghampiri kami. Aku menoleh Dr. Wilson dan kak Billi yang hanya terdiam
melihat drama didepan mata mereka.
“Ai,
Garra yang membawa mu kerumah sakit. (aku hanya diam dan menunduk ). Garra,
aku tau kamu mencintai Aini” mendengar itu, aku menoleh kearah Garra, dia
mencoba tersenyum memandangku dengan muka merah.
“Garra
aku titip Aini” suaranya lirih hingga kulihat ia memejamkan mata
“FAZA……………………………………………..“
Dr.
Wilson segera memeriksa Faza. Sementara kak Billi mencoba menarikku menjauh agar
tidak menganggu Dr. Wilson. “innalillahi wainnailaihi rajiun…”
“FAZA……………………..”
aku berteriak untuk kedua kalinya. Kak Billi kembali mencoba menenangkanku .
“Faza
sakit apa dok..?”
“Faza
terkena penyakit kanker otak stadium akhir………. Karna itu dia sering pusing”
timpal Garra yang dari tadi hanya diam.
“Kak,?”
Aku menatap kak Billi penuh harap meminta kepastian.
“Iya Ai, Garra benar”
Aku menatap pusara yang masih basah. Ku
taburkan bunga diatasnya. Faza
terimakasih untuk dua mata ini, insyaALLAH aku akan menjaganya untukmu.
Terimakasih untuk semua. Kak Billi mendekatiku dan mengajak pulang.
27 November 2010
Aku
mencium tangannya, sosok laki-laki yang semenjak beberapa tahun ini sudah
kukenal dan kini menjadi suamiku. Ia tersenyum memandangku.
“Telah
lama rasa ini kita simpan didalam tempat bernamakan hati. Terus tersemai,
semakin aku mencoba menjauh maka rasa itu semakin tumbuh dan tertata rapi. Kini
kita menjaganya bersama. Akan kupangkas gulma dan hama yang mencoba mengganggu”
Aku
tersenyum, jujur aku malu
“Batu-batu
es itu telah mencair hingga menjadi satu yang disebut air. Dengan air akan
selalu kusiram rasa itu, sesuai keinginan kita hingga ia tumbuh subur”. :)
THE END
Do-Atk
Tembilahan, 14 November 2017
~Kb
Kesamaan nama dan karakter hanya kebetulan semata.