Monday, November 13, 2017

Dan Cinta-Nya




 Dan Cinta-Nya





05:15 WIB  Kriiiiiiiinggggg………..
“Astagfirullahhaladzim …. “
Ya Allah, kenapa  mimpi ini terus hadir dalam tidurku.
Aku terdiam, mimpi itu memang terjadi sebulan yang lalu sebelum kepergian ayah dan ibu untuk selamanya. Sebuah kecelakaan yang merenggut banyak korban termasuk orang tuaku. Segera ku tepis bayangan itu. Aku lalu keluar untuk mengambil  air wudhu dan segera melaksanakan shalat shubuh.


“Ya Allah aku tau, aku bukanlah anak yang baik, bagaimana kehidupan ku dimasa lalu Engkau lebih mengetahui. Ya Allah, Engkau boleh marah, aku tidak memiliki hak mengatur semua itu. Tapi Aina mohon, tempatkanlah kedua orang tua Aini disurga-Mu. Katakan bahwa Aini disini baik-baik dan katakan Aini dalam lindungan-Mu. Roda terus berputar dan Aini telah berputar. Berputar menuju kehidupan yang lebih baik. Aamiin ya Rabb….”.
Aku tertidur dengan balutan mungkena putih hingga waktu menunjukkan pukul 06:27 WIB. Aku segera bersiap-siap untuk pergi kesekolah.




In the School ,
“Aini, tunggu…. “ sapa Faza yang berlari mengejarku
“Ada apa, za?”
“Ini ada titipan dari Garra “.
“Oh, iya terimakasih”
“Secepat mungkin kamu perbaiki dan berikan pada Garra !”
“ Maksud kamu laporan  …. “
“Iya, lebih jelas tanyakan pada Garra. Dia sekarang ada diruang OSIS “ potong Faza dengan cepat lalu berlari menuju kantin yang memang tidak jauh dari tempat kami berdiri.

Saat istirahat, aku segera pergi keruang OSIS ditemani Intan dan Yuli.

“Assalamu’alaikum “ Sapa kami serentak
“Wa’alaikumussalam, masuk “ Jawab Faza , bendahara OSIS yang sedang berada didalam.
“Garranya ada…? “ tanyaku memulai pembicaraan
“Ada , langsung masuk saja Ai, “
“Terimakasih “

Ku beranikan diri mengetuk pintu ruang ketua OSIS , walaupun ada sedikit rasa gugup di hatiku.

“Assalamu’alaikum” sapa kami serentak dari luar ruangan
“ Wa’alaikum salam, masuk”
Aku dan kedua sahabatku masuk.
“Mana laporan perbaikannya … ?” tanyanya tanpa basa-basi
“Ma’af, justru  maksud kedatangan kami kesini ingin menanyakan laporan kegiatan yang harus kami perbaiki “ jawabku
“Jadi,laporan itu belum kalian perbaiki. Kalian tau … “ (kami bertiga mengeleng )
“Laporan kegiatan yang kalian lakukan itu tidak sesuai dengan kenyataannya.”
“Apa maksud kamu, Gar ?” Tanya Yuli yang memang tipe orang tidak sabaran
“Dalam laporan kegiatan yang kalian lakukan semua berjalan lancar. Tapi faktanya  lima orang anak kelas XI hari ini tidak masuk sekolah karna sakit dan dua diantaranya tanpa keterangan. Sedangkan  kelas X tujuh orang sakit dan dua tanpa keterangan.

:(  kami bertiga saling berpandangan.

“Kanapa dengan kalian, penjelasan atau alasan apa yang ingin kalian berikan seperti pada waktu kalian minta agar kegiatan ini dilaksanakan secara outdoor bahkan kalian berjanji tidak akan terjadi apa-apa. Tapi nyatanya . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . “ Ia melampiaskan semuanya pada kami .

“ Ma’af soal itu kami benar-benar tidak tau, sekali lagi ma’af dan kami akan segera memperbaiki laporan ini. “
“Bagus “ jawabnya
“Permisi, assalamu’alaikum “  

Tak ada ku dengar jawaban salam dari mulutnya, entahlah kedua sahabatku. Mungkin dia sangat marah, pikirku dalam hati. Tapi aku penasaran dan tanpa ku sadari , aku menoleh kebelakang. Aku melihat bibirnya mengucap suatu  kalimat yang kutebak itu sebagai jawaban salam yang kami berikan.

Sore hari setelah pulang sekolah, kami berenam berkumpul dirumahku.
“ Jadi, kalian bertiga keruang OSIS?” Tanya Lisda
“Kenapa kalian tidak mengajakku, kalau aku ikut tidak akan ku biarkan dia berkata kasar “ jawab Hanni si tomboy.
“iya, akan kuajarkan mulutnya menyusun kata menjadi kalimat dengan baik agar bisa menjaga perasaan pendengarnya.”
Aku tersenyum,

“ dia hanya menyampaikan apa yang disampaikan Pembina OSIS lagi pula ini salah kita, bukankah kita telah membuat perjanjian bahwa setelah acara ini semua akan baik-baik dan…..”
“Kalau kalian ingin cepat makan, segera selesaikan laporan ini.” Jawabku yang disambut anggukan Hanna saudara kembar Hanni yang memiliki hobby makan.
Tepat pukul 16.30 WIB laporan telah selesai kami kerjakan. 





Di sekolah
“Aini, mau kemana …?”
“Mau ngantar laporan perbaikan kegiatan rohis keruang OSIS”
“Aku ikut ..”
Aku dan Lisda pergi keruang OSIS. Kembali diruang OSIS ada Faza, tapi kali ini Garra tidak ada diruangannya. Kamipun menitipkan laporan pada Faza lalu permisi ntuk kembali kekelas.

Tidak lama kemudian,,,,

“Assalamu’alaikum “ sapa Garra dengan terburu-buru
“Wa’alaikumsalam, Garra. Aini dan Lisda baru saja keluar”
Garra berhenti dan mendekati meja Faza “Dia mencariku” Tanya Garra antusias.
“Iya, dia menitipkan laporan perbaikan kegiatan rohis untuk mu”
“O… iya terimakasih “



 


ALLAHU AKBAR… ALLAHU AKBAR…
Aku segera keluar dari perpustakaan menuju mushala yang berada disebelah timur dari pustaka. Tiba-tiba hujan turun. Akupun segera berlari kesebuah bangunan yang sudah tua.

“Mau kemana Ai?”
Aku terkejut melihat Garra yang sudah berada disamping ku
“Kenapa?” tanyanya “ Aku sudah berdiri sebelum kamu datang” tambahnya menjelaskan
“Oh ma’af, aku tidak tau kalau kamu sudah ada dari tadi”
“Iya, kamu sibuk dengan jilbab mu” jawabnya dengan tersenyum
Aku terdiam dan hanya membalasnya dengan senyum. Memang dari tadi aku sibuk dengan jilbab yang kukenakan karna terbawa angin dan maklum aku baru belajar mengenakan jilbab.
DARK…………….

 


Suara petir mengejutkanku disusul dengan sebuah pohon tumbang.. Refleks aku menutup kepala dengan kedua tangan  dan sebuah buku yang sedang ku pegang. Lalu sebuah jaket hitam yang menutup kepalaku.
‘Hitam’, batinku…
Aku sadar , aku tidak memakai jaket. Ku lepas kedua tangan yang tadi terletak
dikepalaku. Diapun sadar….
“Ma’af, aku tidak sengaja”
Aku segera berlari menembus derasnya hujan.
“Aini, tunggu . . . . . . … ” 



Setahun kemudian,,,
Aku, yang sedang tak percayaimu curiga kepada hatimu, benarkah sudah kau lupakan dia, aku takut tuk kehilangan mu, takut bila dirimu pergi dan kembali…. (dering suara handphone, membangunkan ku)
sebuah sms masuk,
 

 
Pukul 13.30 WIB aku pergi menuju pustaka Indah Kirana dan sampai 13.50 menit. Sekarang pukul 14.45. Berarti aku sudah menunggu selama 45 menit.  Jalanan yang macet dan panas terik matahari membuatku haus. Ku putuskan untuk membeli minuman diseberang jalan sambil menunggu Garra datang.
Di tempat lain Garra dengan terburu-buru mengeluarkan motor dari bagasi.
“Mau kemana, Garra ?”
“Garra mau pergi ma, ada janji dengan seorang teman . Assalamu’alaikum “ Garra
menghidupkan mesin motor lalu pergi. Ibunya yang  melihat Garra hanya tersenyum. 




Lampu merah membuat Faza dapat beristirahat sejenak. Kepalanya sangat pusing sejak ia keluar dari rumah Garra . Tadinya ia belum ingin pulang, tapi karna Garra ingin pergi. Ia pun segera pulang. Tapi ternyata keputusan itu kurang tepat. Kepalanya semakin bereaksi kuat atas paksaan yang dilakukannya.
TIT…………TIT………… mobil-mobil yang ada dibelakang mengklakson, Faza sadar sekarang lampu hijau. Iapun segera melaju untuk cepat sampai kerumah dan segera beristirahat. Pusing itu datang lagi, bahkan terasa semakin sakit dari sebelumnya. Minyak angin yang dari tadi ia pegang tak mampu mengusir rasa sakit dikepalanya. Tiba-tiba mobil yang ia kendarai seperti menabrak sesuatu yang besar dengan keras. Tapi Faza tetap berlalu dengan rasa sakit dikepala yang sangat.
Garra menepikan sepeda motornya didepan sebuah warung karna melihat kerumunan orang banyak. Ia lalu berlari untuk  melihat apa yang terjadi.
“Innalillahi wa innailaihi rojiun… Aini… “
“Ambulans… tolong cepat panggil ambulans” teriak Garra pada semua orang.




RS. Bhakti Husada
 “Permisi”
“Silahkan duduk, “
“Terimakasih dokter. Saya kakak Aini. Bagaimana keadaan adik saya “
“Akibat kecelakan itu adik anda mengalami kerusakan pada matanya, ada beberapa saraf dibagian mata yang mengalami gangguan “
“Tapi adik saya tetap bisa melihat?” Tanya kak Billi khawatir
“Untuk itu kami belum bisa memastikan, ada kemungkinan akibat adanya gangguan di beberapa saraf menyebabkan adik anda mengalami kebutaan .”
“Tolong selamatkan adik saya, berapapun biayanya saya tidak peduli, dia adik saya satu-satuya”
“Kami akan berusaha, dan mohon do’a dari keluarga”


Sebulan sudah semenjak kecelakaan itu dan Aini telah melakukan operasi. Ada seorang pendonor yang rela memberikan matanya kepada Aini. Dan hari ini adalah penentuan berhasil tidaknya operasi yang dilakukan Aini. Seorang suster mendekati Aini dan membuka perban yang melingkar dikepala Aini dengan hati-hati.



“Suster, tunggu sebentar, “ pinta Aini
“Kak Billi, berhasil tidaknya operasi ini akan kita ketahui sebentar lagi. Kalau operasi ini tidak berhasil, (Aini terdiam, semua yang ada diruangan itu menangis) Aini sudah siap. Dan jika operasi ini berhasil ataupun tidak  tolong beritahu Aini, siapa orang yang memiliki hati mulia yang rela memberikan kedua matanya untuk Aini”
“Aini, kakak juga tidak tau siapa pemilik hati itu. Tapi sebentar lagi setelah kita mengatahui operasi ini berhasil atau tidak. Kita juga akan mengetahui siapa pemilik mata itu.”
Aini membalas ucapan kak Billi dengan senyuman, “Suster, tolong lanjutkan.”

Suster melanjutkan tugasnya yang sempat tertunda.
“Bacalah bismilah Aini” ucap dokter Wilson, yang hanya dapat Aini kenali suaranya.
Semua terdiam, Aini brusaha membuka kedua matanya. Bismillahirrahmanirrahim, didalam hati Aini berdoa’. Perlahan ia mrngarahkan pandangannya keseluruh sudut ruangan.
“Kak Billi,”
Kak Billi langsung memeluk Aini, semua yang menyaksikan ikut terharu, bahkan Dr.Wilson pun ikut menitikkan air mata.
“Kak, tolong antar Aini kepada pemilik mata ini.”
“Kamu yakin ingin menemui orang itu, hari ini. “
“Aini tidak mau menunda-nunda lagi kak, Aini ingin mengucapkan terimakasih”
Akhirnya, kak Billi menuruti keinginan Aini. Dan Dr. Wilson ikut untuk mengantar mereka.

Sesampainya dijalan Khalid Purnawan.
“Bukannya ini jalan menuju rumah Faza. Kak Billi?” Tanya Aini meminta jawaban pada kak Billi,
tapi kak Billi hanya menatapnya dengan senyuman. Mereka masuk kedalam rumah besar yang bernilai seni tinggi. Dr. Wilson membawa mereka kedalam sebuah kamar yang berwarnakan merah muda. Kamar itu berbau obat-obatan rumah sakit tapi rumah ini bukan rumah sakit. Aini menatap seorang perempuan yang berbaring membelakanginya.  Sebuah  meja kecil yang diatasnya ada beberapa obat. Dan seorang lelaki .
“Assalamu’alaikum…” Sapa Dr. Wilson
“Waalaikumussalam….” Jawab sosok lelaki tadi,
Aku terkejut, dia Garra. Dia tersenyum melihatku. Perempuan yang berbaring itu terbangun dan menoleh kepadaku. “ya ALLAH, Faza….” Aku mendekati Faza dan memeluknya. Ku lihat kak Billi melangkah mendekati kami. Ia menepuk pundakku.
“Aini, pemilik hati itu adalah Faza.”
Ya  ALLAH apa lagi rencanamu ini?. Aku tidak melepaskan pelukanku pada Faza.
“Aini, ma’af.. kamu mengalami kebutaan karna aku yang menabrakmu”
“Faza…………….”
“A-ku tak mau kau menolak mataku untukmu, karna itu aku tidak mengizinkan Dr. Wilson  untuk memberitahumu maupun kak Billi”
Aku terdiam, sungguh mulia hatinya. “Dr. Wilson adalah pamanku, dia yang memberitahuku. Garra..”
Garra menghampiri kami. Aku menoleh Dr. Wilson dan kak Billi yang hanya terdiam melihat drama didepan mata mereka.
“Ai, Garra yang membawa mu kerumah sakit. (aku hanya diam dan menunduk ). Garra, aku tau kamu mencintai Aini” mendengar itu, aku menoleh kearah Garra, dia mencoba tersenyum memandangku dengan muka merah.
“Garra aku titip Aini” suaranya lirih hingga kulihat ia memejamkan mata
“FAZA……………………………………………..“
Dr. Wilson segera memeriksa Faza. Sementara kak Billi mencoba menarikku menjauh agar tidak menganggu Dr. Wilson. “innalillahi wainnailaihi rajiun…”
“FAZA……………………..” aku berteriak untuk kedua kalinya. Kak Billi kembali mencoba menenangkanku .
“Faza sakit apa dok..?”
“Faza terkena penyakit kanker otak stadium akhir………. Karna itu dia sering pusing” timpal Garra yang dari tadi hanya diam.
“Kak,?” Aku menatap kak Billi penuh harap meminta kepastian.   
“Iya Ai, Garra benar”
                                                           

Aku menatap pusara yang masih basah. Ku taburkan bunga diatasnya. Faza terimakasih untuk dua mata ini, insyaALLAH aku akan menjaganya untukmu. Terimakasih untuk semua. Kak Billi mendekatiku dan mengajak pulang. 



27 November 2010
Aku mencium tangannya, sosok laki-laki yang semenjak beberapa tahun ini sudah kukenal dan kini menjadi suamiku. Ia tersenyum memandangku.
“Telah lama rasa ini kita simpan didalam tempat bernamakan hati. Terus tersemai, semakin aku mencoba menjauh maka rasa itu semakin tumbuh dan tertata rapi. Kini kita menjaganya bersama. Akan kupangkas gulma dan hama yang mencoba mengganggu”
Aku tersenyum, jujur aku malu
“Batu-batu es itu telah mencair hingga menjadi satu yang disebut air. Dengan air akan selalu kusiram rasa itu, sesuai keinginan kita hingga ia tumbuh subur”. :)

THE END









Do-Atk
Tembilahan, 14 November 2017 
~Kb 
Kesamaan nama dan karakter hanya kebetulan semata. 

Thursday, November 2, 2017

Syair Cinta Ali Bin Abi Thalib untuk Fatimah



Syair Cinta Ali Bin Abi Thalib
untuk Fatimah



Aku mencintaimu bagaimanapun keadaanmu

Apapun yang terjadi dan selamanya

Engkaulah cintaku duhai isteriku

Engkaulah kekasihku


Engkaulah isteriku yang halal, aku tidak peduli celaan orang

Kita satu tujuan untuk selamanya

Engkau sirami cinta dalam hatiku

Dengan indahnya perangaimu


Kebahagianku lenyap ketika kamu menghilang lenyap

Hidupku menjadi terang ketika kamu disana


Engkau kebahagiannku. Tanamkanlah kebahagian selamanya.



Tembilahan, 03 November 2017